Rabu, 11 Mei 2011

Belajar Dari Wajah

Belajar Dari Wajah


Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yang terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat semacam target. Misalnya : hari ini kita belajar tentang wajah. Wajah? Ya, wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tapi yang utama adalah pancaran yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.

Ketika pagi menyingsing, misalnya, tekadkan dalam diri : "Saya ingin tahu wajah yang paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?" karena pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dengan wajah orang per orang. Ya, karena setiap orang pastilah punya wajah. Wajah irtri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di perjalanan, dan lain sebagainya. Nah, ketika kita berjumpa dengan siapapun hari ini, marilah kita belajar ilmu tentang wajah.

Subhanallaah, pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah. Dan, tiap wajah ternyata dampaknya berbeda-beda kepada kita. Ada yang menenteramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan. Lho, kok menakutkan? Kenapa? Apa yang menakutkan karena bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil tapi menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghunjam, tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa.

Pernah suatu ketika berjumpa dengan seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram, subhanallaah, walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, tetapi ketika memandang wajahnya... sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung qolbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi hari. Ada pula seorang ulama yang tubuhnya mungil, dan diberi karunia kelumpuhan sejak kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan Intifadah, Palestina. Ia tidak punya daya, duduknya saja di atas kursi roda. Hanya kepalanya saja yang bergerak. Tapi, saat menatap wajahnya, terpancar kesejukan yang luar biasa. Padahal, beliau jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi, ternyata dibalik kelumpuhannya itu beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat, tergambar saat kita memandang sejuknya pancaran rona wajahnya.

Nah, saudaraku, kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yang menenteramkan, maka caru tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yang menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermaksud meremehkan) ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam, senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari.

Ambillah kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan.

Tidak ada salahnya jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah yang ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang senyum, sinis, atau kurang ramah. Subhanallaah, bentuk seperti ini pun karunia Allah yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yang memilikinya untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi.

Sedangkan bagi wajah yang untuk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut, yaitu untuk lebih ikhlas lagi. Karena senyum di wajah, bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi yang utama adalah, ingin tidak kita membahagiakan orang lain? Ingin tidak kita membuat di sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad SAW, memberikan perhatian yang luar biasa kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada orang yang menyapanya – menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya.

Walhasil, ketika Nabi SAW berbincang dengan siapapun, maka orang yang diajak berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang, cara bersikap, ternyata menjadi atribut kemuliaan yang beliau contohkan. Dan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yang diajak bicara.

Adapun kemuramdurjaan, ketidakenakkan, kegelisahan itu muncul ternyata diantara akibta kita belum menganggap orang yang ada dihadapan kita orang yang paling utama. Makanya, terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata, berbicara hanya separuh perhatian. Misalnya, ketika ada seseorang yang datang menghampiri, kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal, kalau kita sudah tidak mengutamakan orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara bersikap, itu tidak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yang kuat.

Orang karena itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud untuk meremehkan. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang tidak baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang lain!

Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita, walaupun hanya beberapa menit, walaupun hanya beberapa detik, subhanallaah.***

Barokah Shalat Khusyu

Barokah Shalat Khusyu




Hikam:

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu dalam sholatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna. (Al-Quran: Surat Al-Mu`minun )

Rosulullah SAW bersabda : Ilmu yang pertama kali di angkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani )

Nabi Muhammad SAW dalam sholatnya benar-benar dijadikan keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah. Ruku, sujudnya panjang, terutama ketika sholat sendiri dimalam hari, terkadang sampai kakinya bengkak tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, sholatnya itu teraflikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Ciri-ciri orang-orang yang sholatnya khusyu:

1. Sangat menjaga waktunya, dia terpelihara dari perbuatan dan perkataan sia-sia apa lagi maksiat. Jadi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu suka berbuat maksiat berarti sholatnya belum berkualitas atau belum khusyu.

2. Niatnya ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja.

3. Cinta kebersihan karena sebelum sholat, orang harus wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri dari kotoran atau hadast.

4. Tertib dan disiplin, karena sholat sudah diatur waktunya.

5. Selalu tenag dan tuma`ninah, tuma`ninah merupakan kombinasi antara tenang dan konsentrasi.

6. Tawadhu dan rendah hati, tawadhu merupakan akhlaknya Rosulullah.

7. Tercegah dari perbuatan keji dan munkar, orang lain aman dari keburukan dan kejelekannya.



Orang yang sholatnya khusyu dan suka beramal baik tapi masih suka melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, mudah-mudahan orang tersebut tidak hanya ritualnya saja yang dikerjakan tetapi ilmunya bertambah sehingga membangkitkan kesadaran dalam dirinya.

Jika kita merasa sholat kita sudah khusyu dan kita ingin menjaga dari keriaan yaitu dengan menambah pemahaman dan mengerti bacaan yang ada didalam sholat dan dalam beribadah jangan terhalang karena takut ria.

Inti dalam sholat yang khusyu yaitu akhlak menjadi baik, sebagaimana Rosulullah menerima perintah sholat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah.

Semoga dibulan ramadhan ini kita meningkatkan kualitas sholat kita.

Amal yang Tetap Bermakna

Amal yang Tetap Bermakna


Berhati-hatilah bagi orang-orang yang ibadahnya temporal, karena bisa jadi perbuatan tersebut merupakan tanda-tanda keikhlasannya belum sempurna. Karena aktivitas ibadah yang dilakukan secara temporal tiada lain, ukurannya adalah urusan duniawi. Ia hanya akan dilakukan kalau sedang butuh, sedang dilanda musibah, atau sedang disempitkan oleh ujian dan kesusahan, meningkatlah amal ibadahnya. Tidak demikian halnya ketika pertolongan ALLOH datang, kemudahan menghampiri, kesenangan berdatangan, justru kemampuannya bersenang-senangnya bersama ALLOH malah menghilang.

Bagi yang amalnya temporal, ketika menjelang pernikahan tiba-tiba saja ibadahnya jadi meningkat, shalat wajib tepat waktu, tahajud nampak khusu, tapi anehnya ketika sudah menikah, jangankan tahajud, shalat subuh pun terlambat. Ini perbuatan yang memalukan. Sudah diberi kesenangan, justru malah melalaikan perintah-Nya. Harusnya sesudah menikah berusaha lebih gigih lagi dalam ber-taqarrub kepada ALLOH sebagai bentuk ungkapan rasa syukur.

Ketika berwudhu, misalnya, ternyata disamping ada seorang ulama yang cukup terkenal dan disegani, wudhu kita pun secara sadar atau tidak tiba-tiba dibagus-baguskan. Lain lagi ketika tidak ada siapa pun yang melihat, wudhu kitapun kembali dilakukan dengan seadanya dan lebih dipercepat.

Atau ketika menjadi imam shalat, bacaan Quran kita kadangkala digetar-getarkan atau disedih-sedihkan agar orang lain ikut sedih. Tapi sebaliknya ketika shalat sendiri, shalat kita menjadi kilat, padat, dan cepat. Kalau shalat sendirian dia begitu gesit, tapi kalau ada orang lain jadi kelihatan lebih bagus. Hati-hatilah bisa jadi ada sesuatu dibalik ketidakikhlasan ibadah-ibadah kita ini. Karenanya kalau melihat amal-amal yang kita lakukan jadi melemah kualitas dan kuantitasnya ketika diberi kesenangan, maka itulah tanda bahwa kita kurang ikhlas dalam beramal.

Hal ini berbeda dengan hamba-hamba-Nya yang telah menggapai maqam ikhlas, maqam dimana seorang hamba mampu beribadah secara istiqamah dan terus-menerus berkesinambungan. Ketika diberi kesusahan, dia akan segera saja bersimpuh sujud merindukan pertolongan ALLOH. Sedangkan ketika diberi kelapangan dan kesenangan yang lebih lagi, justru dia semakin bersimpuh dan bersyukur lagi atas nikmat-Nya ini.

Orang-orang yang ikhlas adalah orang yang kualitas beramalnya dalam kondisi ada atau tidak ada orang yang memperhatikannya adalah sama saja. Berbeda dengan orang yang kurang ikhlas, ibadahnya justru akan dilakukan lebih bagus ketika ada orang lain memperhatikannya, apalagi bila orang tersebut dihormati dan disegani.

Sungguh suatu keberuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang ikhlas ini. Betapa tidak? Orang-orang yang ikhlas akan senantiasa dianugerahi pahala, bahkan bagi orang-orang ikhlas, amal-amal mubah pun pahalanya akan berubah jadi pahala amalan sunah atau wajib. Hal ini akibat niatnya yang bagus.

Maka, bagi orang-orang yang ikhlas, dia tidak akan melakukan sesuatu kecuali ia kemas niatnya lurus kepada ALLOH saja. Kalau hendak duduk di kursi diucapkannya, "Bismilahirrahmanirrahiim, ya ALLOH semoga aktivitas duduk ini menjadi amal kebaikan". Lisannya yang bening senantiasa memuji ALLOH atas nikmatnya berupa karunia bisa duduk sehingga ia dapat beristirahat menghilangkan kepenatan. Jadilah aktivitas duduk ini sarana taqarrub kepada ALLOH.

Karena banyak pula orang yang melakukan aktivitas duduk, namun tidak mendapatkan pertambahan nilai apapun, selain menaruh [maaf!] pantat di kursi. Tidak usah heran bila suatu saat ALLOH memberi peringatan dengan sakit ambaien atau bisul, sekedar kenang-kenangan bahwa aktivitas duduk adalah anugerah nikmat yang ALLOH karuniakan kepada kita.

Begitupun ketika makan, sempurnakan niat dalam hati, sebab sudah seharusnya di lubuk hati yang paling dalam kita meyakini bahwa ALLOH-lah yang memberi makan tiap hari, tiada satu hari pun yang luput dari limpahan curahan nikmatnya.

Kalau membeli sesuatu, perhitungkan juga bahwa apa yang dibeli diniatkan karena ALLOH. Ketika membeli kendaraan, niatkan karena ALLOH. Karena menurut Rasulullah SAW, kendaraan itu ada tiga jenis, 1) Kendaraan untuk ALLOH, 2) Kendaraan untuk setan, 3) Kendaraan untuk dirinya sendiri. Apa cirinya? Kalau niatnya benar, dipakai untuk maslahat ibadah, maslahat agama, maka inilah kendaraan untuk ALLOH. Tapi kalau sekedar untuk pamer, ria, ujub, maka inilah kendaraan untuk setan. Sedangkan kendaraan untuk dirinya sendiri, misakan kuda dipelihara, dikembangbiakan, dipakai tanpa niat, maka inilah kendaran untuk diri sendiri.

Pastikan bahwa jikalau kita membeli kendaraan, niat kita tiada lain hanyalah karena ALLOH. Karenanya bermohon saja kepada ALLOH, "Ya ALLOH saya butuh kendaraan yang layak, yang bisa meringankan untuk menuntut ilmu, yang bisa meringankan untuk berbuat amal, yang bisa meringankan dalam menjaga amanah". Subhanallah bagi orang yang telah meniatkan seperti ini, maka, bensinnya, tempat duduknya, shockbreaker-nya, dan semuanya dari kendaraan itu ada dalam timbangan kebaikan, insya ALLOH. Sebaliknya jika digunakan untuk maksiyat, maka kita juga yang akan menanggungnya.

Kedahsyatan lain dari seorang hamba yang ikhlas adalah akan memperoleh pahala amal, walaupun sebenarnya belum menyempurnakan amalnya, bahkan belum mengamalkanya. Inilah istimewanya amalan orang yang ikhlas. Suatu saat hati sudah meniatkan mau bangun malam untuk tahajud, "Ya ALLOH saya ingin tahajud, bangunkan jam 03. 30 ya ALLOH". Weker pun diputar, istri diberi tahu, "Mah, kalau mamah bangun duluan, bangunkan Papah. Jam setengah empat kita akan tahajud. Ya ALLOH saya ingin bisa bersujud kepadamu di waktu ijabahnya doa". Berdoa dan tidurlah ia dengan tekad bulat akan bangun tahajud.

Sayangnya, ketika terbangun ternyata sudah azan subuh. Bagi hamba yang ikhlas, justru dia akan gembira bercampur sedih. Sedih karena tidak kebagian shalat tahajud dan gembira karena ia masih kebagian pahalanya. Bagi orang yang sudah berniat untuk tahajud dan tidak dibangunkan oleh ALOH, maka kalau ia sudah bertekad, ALLOH pasti akan memberikan pahalanya. Mungkin ALLOH tahu, hari-hari yang kita lalui akan menguras banyak tenaga. ALLOH Mahatahu apa yang akan terjadi, ALLOH juga Mahatahu bahwa kita mungkin telah defisit energi karena kesibukan kita terlalu banyak. Hanya ALLOH-lah yang menidurkan kita dengan pulas.

Sungguh apapun amal yang dilakukan seorang hamba yang ikhlas akan tetap bermakna, akan tetap bernilai, dan akan tetap mendapatkan balasan pahala yang setimpal. Subhanallah. ***

Al Qawiyyu

Al Qawiyyu




Alhamdulillahirobbil'alaimin,

Allah yang Maha Kuasa, yang benar-benar total sepenuhnya berkuasa atas segala hal, dan tidak pernah dimintai pertanggungjawaban. Allah Maha Adil, jadi apapun yang ditimpakan kepada kita pasti sempurna dan kita tidak layak kecewa. Kecewa dapat saja kita rasakan jika kita salah dalam menyikapinya. Yakinkanlah bahwa perhitungan Allah tidak semata-mata di dunia tetapi adalah persiapan menuju surga. Tetap optimis dan selalu bersikap husnudzon kepada Allah akan membuat hidup kita nyaman. Hidup ini terlalu singkat jika harus disikapi dengan kecewa terhadap perbuatan Allah. Mudah-mudahan kita bisa memposisikan diri kita dengan tepat terhadap makna Al-Qowiyyu terhadap kita.

Rasulullah bersabda, "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah walaupun dalam keduanya ada kebaikan". Dengan sigma kekuatan yang lebih banyak, antara lain kuat fisik, kuat dompet, kuat mental dan ruhiyah; kita akan lebih dicintai Allah. Membangun kekuatan adalah sarana menjadi mukmin yang baik dalam menggapai kedudukan disisi Allah. Dalam surat Al-Anfal diajurkan untuk memiliki kekuatan, bukan untuk menindas tetapi untuk menggentarkan kekuatan lawan. Makin kita kuat, makin kita membuat orang lain terselamatkan dari mendzolimi orang.

Islam mengajarkan kekuatan sebagai bagian dari kebaikan seorang mukmin, kedekatan dengan Allah, dan juga dapat digunakan menolong orang dari kemungkaran. Jadi hal ini penting sekali. Hal yang membuat kita terpuruk seperti ini adalah karena kita lemah, antara lain ekonomi yang lemah yang membuat kita repot, ilmu yang lemah membuat kita mudah ditipu. Maka yang harus menjadi tren sekarang ini adalah membangun kekuatan. Kekuatan yang harus dimiliki adalah bermacam-macam. Kita mulai dahulu dari yang paling mudah yaitu kekuatan fisik. Harus extra konsentrasi dalam membangun kekuatan fisik ini kalau perlu konsultasi dengan dokter yang ahli. Kita akan terasa memiliki kekuatan extra jika kita berusaha memperbaiki diri, mulai dengan ritme makan, olahraga, jam istirahat yang diperbaiki kualitasnya. Walaupun kekuatan fisik bukan satu-satunya yang terpenting tetapi jelas bahkan jika fisik kita kuat akan sangat berguna. Sebagai ilustrasi pedang Imam Ali di Turki sangat besar, lebih besar lagi dan bahkan lebih panjang pedangnya Imam Jafar As-Shoddiq, logikanya kalau tidak memiliki tangan yang kuat maka tidak akan mampu menggunakannya.

Canangkanlah program memperkuat fisik. Kita harus lebih kuat karena kalau fisik kita lebih kuat dan sehat insya Allah akan bisa berbuat lebih banyak. Kita kerahkan saja kepada Allah sekalipun kita diberi sakit itu urusan Allah yang penting tekadnya adalah ingin menjadi sehat dan kuat, ini akan menjadi tekad ibadah. Kalau ada seorang ibu-ibu yang membutuhkan bantuan dengan belanjaannya jika kita kuat fisik akan mudah menolongnya, ada orang yang didzolimi kita akan dapat menggetarkan lawan jika kita kuat.

Mudah-mudahan ini tidak dianggap remeh jika kita melakukan push-up, lari, senam akan menambah vitalitas akan lebih baik lagi jika kita lakukan sambil dzikir, ini akan menjadi jalan taqarrub kepada Allah. Jika kita lebih sehat dan kuat maka lebih banyak yang dapat kita perbuat dan akan lebih baik lagi kualitas keimanan kita. Sujud dengan pusing itu berbeda dengan sujud dalam sehat, tahajud dalam keadaan fit akan lebih nikmat daripada tahajud dalam keadaan sakit. Maka memperbaiki gizi juga merupakan ibadah, jangan pelit untuk membeli makanan bergizi karena sekali saja kita sakit akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Menjaga kesehatan akan membawa kebaikan.

Kekuatan yang kedua adalah kekuatan finansial, kekuatan ini juga akan membawa pada kebaikan. Contohnya pergi ke pengajian ini memerlukan biaya, bahkan semua episode hidup ini memerlukan biaya. Nabi Muhammad menikah pertama kali tidak dengan Siti Aisyah melainkan dengan Siti Khadijah yang memiliki pilar ekonomi yang kuat. Hal ini penting bagi umat Islam, jangan menganggap orang kaya itu paling belakang masuk ke surga. Itu tidak penting, kita dicintai Allah di dunia dan akhiratlah yang kita cari. Golongan orang yang masuk surga tanpa hisab adalah ulama, orang kaya yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, mujahadah yang mati syahid dan haji mabrur.

Dikisahkan ketika dipersilahkan masuk ke surga, haji mabrur terlebih dahulu tetapi dia menolak dengan alasan harus ulama dahulu karena ia mengetahui hukum-hukum haji dari gurunya yang seorang ulama. Begitu pula mujahid, ia tidak akan mengetahui keutamaan jihad kalau tidak ada ulama yang mengajarkannya. Tetapi ketika ulama dipersilahkan, ia malah mempersilahkan orang kaya karena ia menganggap jika tidak ada bangunan-bangunan islami yang dibiayai oleh orang kaya ia tidak mungkin dapat berdakwah.

Kita itu sebenarnya kaya tetapi jatahnya saja yang tidak diambil, kita itu jatahnya banyak lihat saja bumi Indonesia yang begitu kaya. Kita itu belum maksimal, tubuh belum all-out, otak belum diperas, doa belum maksimal. Kalau kita gabung kekuatan otak, fisik, doa bertemu dengan rezeki pasti barokah insya Allah. Tetapi kita jangan mengumpulkan harta untuk bermewah-mewahan, kumpulkan harta untuk bangun kebajikan, tolong orang banyak. Kita tidak akan membawa harta ini sampai mati. Di sisi Allah catatannya akan bertambah jika kita nafkahkan di jalan Allah. Jangan pernah merasa puas dengan pendapatan yang ada, kerja lebih keras lagi. Bangunlah terus sampai kita mati, kalau kita mati meninggalkan perusahaan masih ada bawahan yang makan dari pendapatan perusahaan kita.

Cita-cita itu jangan muluk-muluk, di dunia juga kita harus berhasil. Jangan sampai hanya memfokuskan ke akhirat saja yang belum tentu sukses dan mengabaikan dunia, karena kita sekarang tinggal di dalamnya. Kita seharusnya hidup itu cukup bersahaja saja, tolong banyak orang, ini yang seharusnya menjadi gaya hidup kita. Peras lagi otak kita. Kalau pecinta dunia itu mencari dunia untuk kepuasan dirinya, pecinta Allah mencari dunia untuk mendapatkan kedekatan dengan Allah. Pecinta dunia dengan pecinta Allah sama giatnya, kita bahkan lebih giat dari mereka karena kita pakai doa. Kita kejar dunia dengan bersimbah peluh berkuah keringat, kita peras otak buat perusahaan yang profesional. Tetapi kepuasan kita bukan ketika berkumpulnya uang, bukan punya perusahaanya, kepuasaan kita adalah ketika ada orang lapar yang bisa makan dengan bekerja pada perusahaan kita; ada seorang bapak yang terangkat martabatnya dengan bekerja; orang yang tidak berpakaian menjadi berpakaian; orang yang anaknya tidak sekolah jadi sekolah; inilah yang kita nikmati.Kalau untuk kita secukupnya saja, wajar dan proporsional, selebihnya sedekahkan. Percayalah kita sudah punya rezekinya masing-masing. Terus evaluasi diri, bangun kekuatan diri; yang penting barokah. jangan sampai kita dapat harta haram yang akan menjadi racun bagi kita.

Kekuatan yang ketiga adalah kekuatan intelektual; kita harus meningkatkan kekuatan ini. Sebuah bangunan akan kokoh karena pondasinya yang kuat dan kokoh. Kita masih sering terfokus pada aksesoris bangunannya tetapi bukan itu yang terpenting, melainkan pondasinya. Kita masih sering terfokus pada harta, pangkat, jabatan, dan popularitas. Tetapi semua ini bencana kalau pondasi kita tidak kuat. Mengapa banyak pemimpin yang roboh? Mengapa banyak sekali orang yang ketika tidak punya uang sholeh, ketika punya uang roboh? Ada juga orang yang memiliki daya tahan yang tinggi tetapi ketika punya uang malah jadi maksiat? Maka ketika kita punya uang banyak, harus meningkat

pula kekuatan keimanannya yang merupakan pondasi yaitu Keyakinan Kepada Allah. Iman itu pupuknya adalah ilmu. Ilmu akan mengokohkan pondasi kita, ketika mendapatkan uang tidak akan memperdayakan kita, ketika punya kedudukan kita biasa saja.

Oleh karena itu tidak cukup hanya di majelis taklim seperti ini saja, di rumah, di jalan harus terus dibangun kekuatan keilmuan kita. Tidak ada hari tanpa ilmu. Kemanapun pergi di saku harus ada buku, setiap ada kesempatan buka dan baca. Karena ilmu kita kuat, karena ilmu pula kita bisa menguatkan yang lain. Mulai sekarang kita kuatkan ilmu kita untuk menguatkan keimanan kita. Terus saja cari supplier ilmu, cari terus akses ilmu agar semakin kuat iman kita yang merupakan buah dari ilmu dan wawasan kita. Kuat mental yang merupakan buah dari kuat iman. Tiap hari kita harus latihan untuk tidak sakit hati, latihan kuat mental, latihan tidak tersinggung. Untuk kekuatan butuh latihan, tidak ada kekuatan tanpa latihan. Tiap hari harus selalu dilatih untuk tidak mudah marah,

tidak mudah tersinggung, tidak mudah tergelincir. Makin kuat membaja mental kita insya Allah ringan hidup ini. Kita harus seperti intan ditimpa batako, intannya tetap cemerlang.

Syairnya adalah:

Jagalah hati jangan kau kotori

Jagalah hati lentera hidup ini

Jagalah hati jangan kau nodai

Jagalah hati cahaya Ilahi

Bila hati kian lapang

hidup susah terasa senang

Walau kesulitan menghadang

dihadapi dengan tenang

Tapi bila hati sempit

segalanya jadi rumit

Seakan hidup terhimpit

lahir batin terasa sakit

Tidak mungkin kita kuat kalau tidak latihan. Apapun yang terjadi harus menjadi latihan kekuatan iman kita. Nikmati sebagai latihan, setiap episode yang terjadi dalam hidup kita sehingga semakin kuat iman dan mental.

Yang terakhir adalah kekuatan ruhiah, karena kalau ruhiah kita sudah kuat kita akan menjadi sholeh luar biasa. Kalau kekuatan ruhiahnya sudah terpancar bagai cahaya matahari masuk ke relung-relung hati, menumbuhkan bibit-bibit, menerangi yang ada dalam kegelapan, menyegarkan yang layu. Andaikata kekuatan lainnya terbatas, kita bangun kekuatan ruhiah kita. Sekali bicara

daya gugahnya akan terhunjam, daya rubahnya akan kuat. Perkataan yang sama, akan berbeda hasilnya kalau keluar dari orang yang kuat ruhiahnya dengan yang lemah ruhiahnya.

Saudaraku,

Rasulullah kalau marah semua orang menangis, kita marah selama satu jam malah akan menimbulkan kebencian. Oleh karena itu marilah kita bangun kekuataan ruhiah agar kita ini efektif menjadi manfaat bagi orang lain. Bagaimana caranya membangun kekuatan ruhiah? Jawabannya adalah "Sucikan diri". Amat sangat beruntung orang yang menjaga kebeningan hatinya. Pandangan dijaga, omongan dijaga, telinga hanya mendengar sesuatu yang disukai Allah dan bermanfaat. Semua yang kita rasakan harus mendekatkan diri kita kepada Allah, juga riyadohnya harus lebih digencarkan. Malam harus tahajud meskipun hanya dua rakaat tetapi dengan kualitas yang tetap terjaga. Senin-Kamis usahakan shaum. Ketika punya uang latih untuk keluarkan sedekah. Mata dilatih untuk menunduk, mulut dilatih bicara hanya seperlunya saja, pendengaran yang tidak perlu dikurangi, lisan usahakan selalu berdzikir, sholat tepat waktu, jaga wudhu.

Makin kita latih terus mendekat kepada Allah nanti akan makin bercahaya hati kita, makin kokoh ruhiah kita. Kita nantinya dengan izin Allah akan sampai pada titik tertentu sehingga akan kelihatan rahasia dunia ini, kemudian lintasan rezeki akan terlihat yang membuat kita tidak panik. Kita akan mengerti hikmah dibalik musibah, akan mengerti akan episode-episode hidup. Dalilnya adalah "Dan tidak ada lagi di dunia ini selain kesenangan yang menipu". Nanti kita akan melihat dunia itu dari sudut yang lain.

Ketika kita berbuat sesuatu kita dapat mengetahui manfaat jauh sebelumnya. Oleh karena itu bukan kejadiannya yang kita nikmati, melainkan hikmah dibalik kejadian tersebut. "Kelezatan itu ketika kita tenggelam dalam samudra hikmah", sehingga kejadian bagaimanapun akan kita sikapi dengan biasa-biasa saja.

Jika kita punya sigma kekuatan fisik, finansial, intelektual, mental dan ruhiah, kita akan tampil menjadi manusia prima yang lebih baik dari yang lain dan lebih dicintai oleh Allah. Rindukanlah sepanjang hidup kita harus membangun terus kekuataan bukan untuk dzolim kepada orang lain, melainkan untuk mencegah kedzoliman.

Walhamdulillahirobbil'alamin

5 Tipe Karyawan di Kantor Kita

5 Tipe Karyawan di Kantor Kita


Pengklasifikasian karyawan dan pejabat kantor ini diekati dengan istilah hukum yang digunakan dalam agama Islam. Pendekatan ini samasekali bukan untuk mencampuradukkan atau merendahkan nilai istilah hukum tersebut, melainkan hanya sekedar guna mempermudah pemahaman kita karenamakna dari istilah hukum tersebut sangat sederhana dan akrab bagi kita. Mudah-mudahan bisa jadi cara yang praktis untuk mengukur dan menilai diri sendiri.

(Ide dasar ini diambil dari pendapat Emha Ainun Najib)

1. Karyawan / Pejabat "Wajib"

Tipe karyawan atau pejabat wajib ini memiliki ciri : keberadaannya sangat disukai, dibutuhkan, harus ada sehingga ketiadaannya sangat dirasakan kehilangan.

· Dia sangat disukai karena pribadinya sangat mengesankan, wajahnya yang selalu bersih, cerah dengan senyum tulus yang dapat membahagiaan siapapun yang berjumpa dengannya.

· Tutur katanya yang sopan tak pernah melukai siapapun yang mendengarnya, bahkan pembicaraannya sangat bijak, menjadi penyejuk bagi hati yang gersang, penuntun bagi yang tersesat, perintahnya tak dirasakan sebagai suruhan, orang merasa terhormat dan bahagia untuk memenuhi harapannya tanpa rasa tertekan.

· Akhlaknya sangat mulia, membuat setiap orang meraskan bahagia dan senang dengankehadirannya, dia sangat menghargai hak-hak dan pendapat orang lain, setiap orang akan merasa aman dan nyaman serta mendapat manfaat dengan keberadaannya

2. Karyawan / Pejabat "Sunnah"

Ciri dari karyawan/pejabat tipe ini adalah : kehadiran dan keberadaannya memang menyenangkan, tapi ketiadaannya tidak terasa kehilangan..

Kelompok ini hampir mirip dengan sebagian yang telah diuraikan, berprestasi, etos kerjanya baik, pribadinya menyenangkan hanya saja ketika tiada, lingkungannya tidak merasa kehilangan, kenangannya tidak begitu mendalam.

Andai saja kelompok kedua ini lebih berilmu dan bertekad mempersembahkan yang terbaik dari kehidupannya dengan tulus dan sungguh-sungguh, niscaya dia akan naik peringkatnya ke golongan yang lebih atas, yang lebih utama.

3. Karyawan / Pejabat "Mubah"

Ciri khas karyawan atau pejabat tipe ini adalah : ada dan tiadanya sama saja.

Sungguh menyedihkan memang menjadi manusia mubadzir seperti ini, kehadirannya tak membawa arti apapun baik manfaat maupun mudharat, dan kepergiannya pun tak terasa kehilangan.

Karyawan tipe ini adalah orang yang tidak mempunyai motivasi, asal-asalan saja, asal kerja, asal ada, tidak memikirkan kualitas, prestasi, kemajuan, perbaikan dan hal produktiflainnya. Sehingga kehidupannya pun tidak menarik, datar-datar saja.

Sungguh menyedihkan memang jika hidup yang sekali-kalinya ini tak bermakna. Harus segera dipelajarilatar belakang dan penyebabnya, andaikata bisa dimotivasi dengan kursus, pelatihan, rotasi kerja, mudah-mudahan bisa meningkat semangatnya.

4. Karyawan / Pejabat "Makruh"

Ciri dari karyawan dan pejabat kelompok ini adalah : adanya menimbulkan masalah tiadanya tidak menjadi masalah.

Bila dia ada di kantor akan mengganggu kinerja dan suasana walaupun tidak sampai menimbulkan kerugian besar, setidaknya membuat suasana tidak nyaman dan kenyamanan kerjaserta kinerja yang baik dapat terwujud bila ia tidak ada.

Misalkan dari penampilan dan kebersihan badannya mengganggu, kalau bicara banyak kesia-siaan, kalau diberi tugas dan pekerjaan selain tidak tuntas, tidak memuaskan juga mengganggu kinerja karyawan lainnya.

5. Karyawan / Pejabat "Haram"

Ciri khas dari kelompok ini adalah : kehadirannya sangat merugikan dan ketiadaannya sangat diharapkan karena menguntungkan.

Orang tipe ini adalah manusia termalang dan terhina karena sangat dirindukan "ketiadaannya". Tentu saja semua ini adalah karena buah perilakunya sendiri, tiada perbuatan yang tidak kembali kepada dirinya sendiri.

Akhlaknya sangat buruk bagai penyakit kronis yang bisa menjalar. Sering memfinah, mengadu domba, suka membual, tidak amanah, serakah, tamak, sangat tidak disiplin, pekerjaannya tidak pernah jelas ujungnya, bukan menyelesaikan pekerjaan malah sebaliknya menjadi pembuat masalah. Pendek kata di adalah "trouble maker".

Silahkan anda renungkan, kita termasuk kategori yang mana...?

Semoga semua ini menjadi bahan renungan agar hidup yang hanya sekali ini kita bisa merobah diri dan mempersembahkan yang terbaik dan yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat nanti. Jadilah manusia yang "wajib ada". Semoga!

5 (Lima) S

5 (Lima) S


Suatu saat, adzan Maghrib tiba. Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang dikenal dengan tempat mangkalnya aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan dalam beribadah. Di sana tampak beberapa pemuda yang berpakaian “khas Islam” sedang menantikan waktu shalat. Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun segera diperdengarkan sesudah shalat sunat. Hal yang menarik adalah begitu sungguh-sungguhnya keinginan imam muda untuk merapikan shaf. Tanda hitam di dahinya, bekas tanda sujud, membuat kami segan. Namun, tatkala upaya merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang agak ketus tanpa senyuman, “Shaf, shaf, rapikan shafnya!”, suasana shalat tiba-tiba menjadi tegang karena suara lantang dan keras itu. Karuan saja, pada waktu shalat menjadi sulit khusyu, betapa pun bacan sang imam begitu bagus karena terbayang teguran yang keras tadi.

Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan, karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum dengan sangat ramah dan menyapa “Good Morning!” atau sapa dengan tradisinya. Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang sering kita sebut negara kaum kafir.

Dua keadaan ini disampaikan tidak untuk meremehkan siapapun tetapi untuk mengevaluasi kita, ternyata luasnya ilmu, kekuatan ibadah, tingginya kedudukan, tidak ada artinya jikalau kita kehilangan perilaku standar yang dicontohkan Rasulullah SAW, sehingga mudah sekali merontokan kewibawaan dakwah itu sendiri.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan berinteraksi dengan sesama ini, bagaimana kalau kita menyebutnya dengan 5 (lima) S : Senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.

Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum dengan wajah jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus. Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan tua keriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang tersenyum untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan dengan orang yang terdekat sekalipun. Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum yang tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan orang-orang yang berada di sekitar kita?

S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita dengan terburu-buru ingin menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri. Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untuk mendahului mengucapkan salam begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita?

S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid, meski duduk seorang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarang menyapanya, padahal sama-sama muslim, sama-sama shalat, satu shaf, bahkan berdampingan. Mengapa kita enggan menyapa? Mengapa harus ketus dan keras? Tidakkah kita bisa menyapa getaran kemuliaan yang hadir bersamaan dengan sapaan kita?

S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk, ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan. Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika kesopanan atau tidak.

S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean, demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk kepentingan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri. Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh mana hak kita telah dinikmati oleh orang lain dan untuk itu kita turut berbahagia? Sejauh mana kelapangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita untuk membalas kebaikan orang yang kurang baik?

Saudara-saudaraku, Islam sudah banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil. Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi yang indah dan agung itu? Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan Islam, walau secara sederhana. Amboi, alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada,, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan.

Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudah berjuang untuk berperilaku lima S ini, semoga kita termasuk dalam golongan mujahidin dan mujahidah yang akan mengobarkan kemuliaan Islam sebagaimana dicita-citakan Rasulullah SAW, Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, “Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.***

Senin, 25 April 2011

HIKMAH HALAL BIHALAL

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Alhamdulillahi wahdah , shodaqo wa’dah , wanashoro “abdah , wa a’azza jundahu wa hazamal ahzaba wahdah. Allohumma fasholli wasallim ‘alaa man fiihi uswatun hasanah wa ‘alaa Alihi wa ashhabihi waman walahu. AMMA BA”DU

Bpk/Ibu Hadirin Rohimakumulloh.

Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa Romadhon, kita dapat berjumpa-

kembali dalam suasana halal bihalal yang penuh kebahagiaan, penuh keberkahan dan yang lebih penting dari itu adalah bahwa kita telah memperoleh kemenangan melawan hawa nafsu kita selama kita berpuasa Romadhon.

Sehingga yang tampak dimata saya sekarang ini insya Alloh semuanya adalah calon-calon penduduk surga. Mengapa saya katakan demikian ? karena bpk / ibu yang ada diha-

dapan saya sekarang ini insya Alloh memiliki ciri-ciri penduduk surga yang empat macam, apa saja : yang pertama wajhun malihun/wajah yang elok, cerah dan ceria

yang kedua Lisanun fasihun / lidah yang fasih.

yang ketiga Qolbun Naqiyyun / hati yang bersih.

yang kekempat Yaddun Sakhiyyun / tangan yang dermawan.

Yang sangat berbeda sekali dengan tanda-tanda penduduk neraka yang juga mempunyai empat ciri : yang pertama Wajhun ’Abisun / muka yang masam (spjg hdpnya cemberut melulu)

yang kedua Lisanun Fahisyun / Lidah yang keji (yg keluar dr mulutnya hanya makian, sumpah serapah, fitnah, adu domba dan kebohongan)

yang ketiga Qolbun Syadiidun/hati yang keras membatu (hati yg tdk pernah dapat menerima nasehat /masukan dari siapapun, dia merasa plg benar sendiri)

yang keempat Yaddun Bakhiilun/ tangan yang bakhil, pelit, medit, mere ge hese, merekepet jahe.

Bpk/Ibu Hadirin rohimakumulloh.

Harapan kita semoga kita semua termasuk orang-orang yang beruntung setelah menjalani

Ibadah puasa romadhon selama satu bulan penuh. Amiin ya Robbal ’alamiin.

Perlu bpk/ibu ketahui ada empat gambaran keadaan manusia ciptaan Alloh, yaitu :

1. Untung di Dunia >< Rugi diakhirat (kehdpnnya berlimpah,hartanya bnyk,isterinya bnyk. Tapi tidak kenal ibadah sama sekali) = Rugi

2. Rugi di Dunia >< Untung diakhirat (hdpnya serba kekurangan tapi ibadahnya mantab)

= Untung

3.Rugi di dunia >< Rugi diakhirat (sdh didunianya melarat diakhirat keblangsat) = Rugi

4.Untung didunia >< Untung diakherat (dunianya Oke, Ibadahnya juga oke)= Ini org2 yg

Ideal dan sanga-sangat beruntung.

Mudah2an kita semua dijadikan termasuk golongan yang keempat dengan sababiyahnya

Bulan suci Romadhon. Amin ya robbal alamiin.

Bpk/Ibu Hadirin rohimakumulloh.
Pada kesempatan kali ini kita adakan acara halal bihalal yang menjadi rangkaian dari hari raya Idul Fitri yang telah kita rayakan dua minggu yang lalu, oleh sebab itu perlu saya ingatkan sebuah amtsal yang berbunyi :
ليس العيد لمن لبس الجديد ولكن العيد لمن طاعته و تقواه تزيد و عن المعاص بعيد
Bukanlah Ied itu bagi orang yang berpakaian baru, akan tetapi Ied itu adalah untuk orang yang ta’atnya dan taqwanya bertambah dan menjauhi segala macam bentuk kemaksiatan.Dengan demikian orang-orang yang ta’at dan taqwanya bertambah, juga orang yang dapat menjauhi kemaksiatanlah yang dikategorikan sbg orang2 yang sukses dalam menjalani ibadah Romadhon. Sebagaimana Alloh SWT telah berfirman dalam surat Al A’la ayat 14 dan 15 :
قد أفلح من تزكي ۞ وذكر اسم ربه فصلى
"Sungguh beruntung orang2 yang membersihkan diri (dengan beriman) dan ingat nama Alloh, lalu dia sholat".
Menurut keterangan dari ayat ini, tanda-tanda orang yang mendapat kemenangan dibulan Romadhon selama melakukan puasa adalah :
1. Selalu mensucikan diri dari segala bentuk kemaksiatan, kejahatan, kedzholiman , kesombongan, kemunafikan, kemungkaran, rakus harta kekayaaan dsb.
2. Selalu melakukan dzikrulloh, baik sesudah sholat maupun diluar waktu sholat. Karena dengan dzikir inilah manusia akan bersih hatinya, tenang dan selalu terkontrol tidak mudah terjerumus dalam kesesatan.
3. Selalu menegakkan sholat, terutama sholat wajib lima waktu disamping sholat-sholat sunnah lainnya dan juga menjauhi hal-hal yang menjadi penyebab ditolaknya sholat kita. Perlu bpk / ibu ketahui ada 10 gol. Yang tidak diterima sholatnya oleh Alloh SWT. Yaitu :
1.Seseorang yang sholat sendirian tanpa baca apa-apa
2.Orang yang sholat tapi tidak mau zakat.
3.Orang yang mengimami suatu kaum, tapi kaum itu membencinya.
4. Budak yang lari dari majikannya
5. Peminum khomr atau pemabuk.
6. Seorang isteri yang dimurkai suaminya.
7. Seorang perempuan yang sholat tanpa tutup
8. Pemimpin yg sombong dan kejam
9.Orang pemakan riba
10. Orang yang sholat tetapi sholatnya itu tidak mencegah dari perbuatan keji dan
munkar
Dileburnya segala kesalahan dan dosa-dosa, baik yang berhubungan dengan Alloh maupun dosa-dosa yang berhubungan dengan sesama manusia, sebagai buah dari puasa romadhon kita. Oleh sebab itu bila kita merasa mempunyai kesalahan dengan orang lain , janganlah segan-segan minta maaf dan ridhonya, sebab sekecil apapun nilai kesalahan akan dituntut dihadapan Alloh hakim Yang Maha Adil, bila belum kita mintakan maaf dan ridhonya dari orang yang bersngkutan. Karena itu janganlah sekali kali meremehkan kesalahan yang pernah kita perbuat pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Segeralah minta maaf, lebih2 pada momen2 yang tepat seperti ini. Sebaliknya bila kita dimintai maaf oleh yang pernah berbuat kesalahan dengan kita, janganlah berkeras hati, angkuh pendirian , kaku, tidak mau memaafkan orang lain. Sifat tercela seperti itu hendaknya lekas dibuang jauh-jauh. Itu adalah kesombongan, Alloh SWT saja mau memaafkan kesalahan hambanya sebesar apapun, tapi justru kenapa kita tidak bisa. Bpk/Ibu yang saya hormati, janganlah kita merasa sok suci, marilah sama-sama kita sadari bila orang lain bisa melakukan kesalahan terhadap kita, maka tidak menutup kemungkinan kita juga suatu saat bisa berbuat salah kepada orang lain. Ada yang Bpk/Ibu perlu ketahui orang yang tidak mau memaafkan orang lain berarti dia tidak pernah merasa salah, merasa paling suci dari pada orang lain Ini sifat yang sangat berbahaya sekali dan Alloh SWT. Sangat melarangnya ”Janganlah kamu menganggap dirimu sendiri telah suci.Alloh lebih tahu siapa-siapa orang yang bertakwa”. Karena itu janganlah berkeras hati , angkuh pendirian , tidak mau memaafkan orang lain. Ingatlah bahwa orang hidup itu lemas orang mati itu kaku. Oleh sebab itulah, Bpk/Ibu sdrku seiman seagama janganlah kita kaku seperti orang mati tidak mau memaafkan orang lain . Marilah kita berdoa kepada Alloh agar halal bihalal kita diterima oleh Alloh SWT. Dengan ucapan :
Taqobbalallohu minna wamingkum taqobbal ya kariim

DOA :

Ya Alloh ...Pada sore hari ini kami yang kecil duduk bersimpuh dihadapanMu.. Tiada daya dan upaya hanya dariMu ya Alloh, dariMu keselamatan, dariMu keberkahan, lunakkan hati kami ya Alloh, beri kesempatan kami untuk menyesali dosa-dosa kami.

Ya Alloh ....Kami dengan pakaian yang dilumuri noda-noda kebodohan, bintik
bintik kemusyrikan, bintik-bintik kemunafikan .. memohon kepadaMu Ya Alloh ,
bersihkan diri kami , hilangkan bintik dan noda kotoran dari kami , pandanglah kami , beri jalan kami, luruskan jalan yang kami tapak , mudahkan dan jelaskan tempat yang kami tuju.
Ya Alloh....Rasanya kami malu untuk memohon ini, namun karena meninggalkan bulanMu yang suci kami lebih malu kalau keluar dalam keadaan kotor... kami minta karuniaMu, kemurahan dan ampunanMu agar kami keluar dari Bulan Romadhon dengan bersih aman, damai dan sentosa tiada suatu ganjalan yang membuat amalan kami tertahan untuk menghadapMu...
Ya Alloh ...Hilangkan dendam diantara kami, hasud dengki yang menghiasi hati kami, Ria’ sombong yang selalu kami jalani .. Hanya karena ampunanMulah ..dan hanya karena keperkasaanMulah , Engkau menghapuskan segala dosa yang telah kami perbuat ..
Ya Alloh ... Disore ini , kami yang kecil memohon padaMu .. janganlah kau siksa kami karena kehilapan kami, kesalahan kami dan janganlah kau bebankan kepada kamiapa yang tidak mampu untuk memikulnya, terangi kami sempurnakan cahaya kami, agar kami tidak termasuk orang-orang yang sesat.
Pada sore ini, kami mengakui akan segala perbuatan kami : kami melawan orang tua kami..kami membentak ! menghardik ! Kamipun merasa berdosa terhadap tetangga kami.., terhadap sesama kami rekan guru dan pimpinan kami .. kami menggunjing, mengumpat bahkan memfitnah...! tapi kalbu ini seperti beku , tak merasakan dinginnya ayat-ayatMu, telinga kami tuli.. sehingga sering kami mengabaikan panggilanMu padahal kami mampuh untuk datang...
Hanya Engkaulah yang tahu ya ..Alloh, akan segala detak jantung kami , desah nafas kami .Yang kami lakukan kadang bukan untukMu ya Alloh..
Ya Alloh .... Bersihkan hati kami dari unsur-unsur kemunafikan , segala amal kami dari unsur riya’, lisan kami dari unsur dusta, mata kami dari unsur khianat. Karena sesungguhnya hanya Engkaulah yang mengetahui khianat mata dan segala sesuatu yang tersimpan rapat dalam dada.
Ya Alloh .... Rahmatilah keterasingan kami didunia ini, rahmatilah kesendirian kami nanti dialam kubur dan rahmatilah kami ketika kami berdiri menghadapMu..
Ya Alloh... Hiburlah diri kami sewaktu kami sendirian dialam kubur, hilangkan ketakutan kami pada hari kebangkitan dan ketika dikumpulkan dipadang Mahsyar dan permudahlah segala urusan kami wahai Dzat Yang Maha Hidup pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
Ya Alloh ... Jadikanlah kami orang yang berhasil menggapai maghfiroh dan ridhoMu. Jadikan kami termasuk golongan orang-orang yang diterima segala amalnya pada bulan Romadhon Tahun ini dan berikanlah kepada kami pahala dan anugerah yang melimpah.
Ya Alloh ... Perbaikilah agama kami yang merupakan penjaga urusan kami, perbaikilah dunia kami yang merupakan tempat hidup kami, perbaikilah akhirat kami yang merupakan tempat kembali kami dan jadikan kehidupan kami sebagai penambah kebaikan kami serta jadikanlah kematian kami sebagai istirahat kami dari segala keburukan..
.ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي الاخرة حسنة و قنا عذاب النار


Billahit taufuq Wal Hidayah Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Minggu, 24 April 2011

SOLUSI PERMASALAHAN UMAT

SOLUSI PERMASALAHAN UMAT.

Muqaddimah.

Dalam kehidupan manusia permasalahan adalah suatu yang wajar,namun akan menjadi suatu yang keluar dari kewajaran apabila masalah tersebut menjadi suatu yang menyebabkan keterbelakangan serta keterpurukan. Umat Islam bukanlah umat yang identik dengan keterbelakangan, karena umat ini pernah menempati posisi terdepan di Dunia sepanjang sepuluh abad,kebudayaannya adalah kebudayaan yang dominan dan menyebar luas. Ulama – Ulamanya adalah para pendekar dan jawara dalam setiap disiplin ilmu dan pemikiran. Siapa yang berani mengingkari kontribusi Ibnu Hayyan dalam bidang Kimia, Ibnu Haitsam dalam bidang Fisika, Al-Khawarizmi dalam dalam Al-Jabar,Al-Biruni dalam matematika,A-Razi,Ibnu Sina,Azzahrawi dan Ibnu Nafis dalam dunia Kedokteran, Ibnu Rusyd dalam filsafat ?

Sebab Masalah.

Namun saat ini kaum muslimin harus melakukan evaluasi dengan keadaan yang sedang mereka hadapi dan berusaha memetrakan permasalahan kemudian memberikan solusi terhadap setiap permasalahan tersebut. Syeikh Al-Ghazali-Rahimahullah-, telah memetakan sebab-sebab keterpurukan dan keterbelakangan Umat Islam sebagai berikut:

1. Pemahaman yang salah terhadap Islam. Kesalahan ini berupa mendahulukan apa yang harus diakhirkan, dan diakhirkan apa yang harus di dahulukan. Beliau memberikan sebuah contoh dengan berkembangnya berbagai khurafat berkedok agama,seperti membaca “wirid bukhari” pada saat kritis dan meninggalkan sebab-sebab yang sesuai dengan sunnatullah.

2. Bodohnya kaum muslimin terhadap Dunia. Hal ini muncul karena adanya kekeliruan dalam masalah wawasan. Saikh Ghazali berkata “ Banyak manusia yang telah berhasil melakukan pengkajian di Bumi dan di Langit,keberhasilan ini telah membuat kekuatan mereka bertambah dan senjatanya makin dahsyat daya hancurnya. Lalu dimana posisi umat Islam saat ini?.

3. Merebaknya Paham Jabariyah (Fatalisme) di Dunia Islam. Faham ini menyebab goyahnya kepribadian umat Islam karena sikap pasrah dan apatis mendominasi kehidupannya.Manusia dipaksa dan tidak memiliki hak ikhtiar (Memilih). Ia tidak memiki kekuatan dan kemauan. Kaya dan miskin,kebahagiaan dan kesengsaraan ,keberhasilan dan kegagalan,semua telah ditentukan dan digariskan !!. disamping itu umat Islam lemah dalam mengaitkan hukum kausalitas, meluasnya pemikiran tentang karomah dan kejadian-kejadian aneh sehingga hukum –hukum Allah yang mengatur alam semesta ini hampir tidak tersentuh sama sekali.

4. Merebaknya tradisi riya dalam masyarakat Islam. Akhir-akhir ini kaum muslimin sering membuat berbagai macam tradisi yang sifatnya menonjolkan diri dan penampilan luar yang menipu. Tradisi ini berbeda jauh dengan fitrah Islam yang lurus dan tidak dibuat-buat. Akibat dari ini adalah kaum muslimin semakin berjauhan karena masing-masing mereka ingin menonjolkan dirinya atau kelompoknya sendiri.

5.

SU'UL KHATIMAH (AKHIR HIDUP YANG BURUK)

Su'ul Khatimah ( Akhir Hidup Yang Buruk )

Definisi

Su’ul artinya jelek dan khatimah artinya penutup.
Yang dimaksud dengan su’ul khatimah adalah penutup kehidupan dunia yang buruk, seperti seseorang meninggal dunia dalam keadaan me-nentang Allah Subhannahu wa Ta'ala yang Maha Agung dan Tinggi, berada dalam kemurkaan-Nya, serta menyepelekan perkara yang telah Allah wajibkan atasnya.

Dan tidak diragukan lagi, bahwa akhir kehidupan orang yang seperti ini adalah akhir kehidupan yang seng-sara lagi celaka, sehingga orang-orang yang bertaqwa senantiasa merasa takut kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan memohon agar dijauhkan darinya.

Tanda-Tanda Su’ul Khatimah

Terkadang tampak pada orang yang sedang menghadapi kematian tanda-tanda yang menunjukkan kepada akhir hidup seseorang yang tidak baik, seperti: berpaling dari ucapan kalimat syahadah, yaitu -persaksian, bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah- dan membicarakan perkara yang jelek dan haram ketika mejelang kematian. Ia menampakkan keterikat-an dengan perkara tersebut. Termasuk yang demikian juga adalah perkataan dan perbuatan yang menunjukkan pem-bangkangan terhadap agama Allah serta berpaling (tidak menerima) ketentuan-Nya.

Di bawah ini akan kami berikan beberapa contoh yang diriwayatkan oleh para ulama:

Al ‘Alamah Ibnul Qayyim Rahimahullaah di dalam kitabnya “Al jawabul Kaafi“ telah menyebutkan, “Bahwa ada salah seorang ketika kematian menjem-putnya, dikatakan kepadanya untuk mengucapkan persaksian la ilaha illallah, maka dia mengatakan, “Tidak ada artinya bagiku dan aku pun tidak tahu sesungguhnya, apakah aku pernah melakukan shalat untuk Allah?” Dan dia tidak bisa mengucapkannya.

Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullaah di dalam kitabnya “Jami’ul ‘Ulum wal Hikam“ telah menukil dari salah seorang ulama’ bernama ‘Abdul Aziz bin Abi Rawaad sesungguhnya beliau berkata, “Aku telah mendatangi seorang lelaki yang sedang menghadapi kematian, ia di-ajarkan untuk mengucapkan “La ilaha illallah (Tiada ilah yang berhak di sembah melainkan Allah)”, namun di akhir ucapannya dia mengingkari ucapan itu (kalimat tauhid) dan meninggal dalam kekafiran”.

Berkata al-Hafidz Ibnu Rajab Rahimahullaah , “Maka saya bertanya perihal dirinya, ternyata dia adalah seorang peminum khamr (minuman keras), kemudian ketika itu pula Abdul Aziz berkata, “Hati-hatilah kamu sekalian dari per-buatan dosa, maka pada dasarnya per-buatan itulah yang menyebabkannya.”

Dan senada dengan kisah di atas apa yang telah diceritakan oleh al- Hafidz Adz Dzahabi , sesungguhnya ada seorang lelaki bersahabat dengan peminum khamr (minuman keras) dan ketika kematian akan menjemputnya, datang kepadanya seseorang lalu me-nalqinnya dengan syahadah, namun dia justru berkata, “Minumlah kamu dan berilah minum kepadaku,” kemudian ia meninggal.

Beliau juga menyebutkan di dalam kitabnya Al-Kabaair, “Sesung-guhnya ada seseorang lelaki dan dia adalah termasuk orang-orang yang suka bermain catur. Ia sedang meng-hadapi kematian, kemudian dikatakan kepadanya la ilaha illallah, maka dia berkata, “Skak!” Kemudian setelah itu dia meninggal. Perkataan lisannya lebih dominan dan sudah terbiasa dengan permainan dalam kehidupannya, akhirnya dia mengatakan ungkapan sebagai pengganti kalimat tauhid dengan ungkapan, “Skak! “.

Dan semisal dengan ini apa yang telah diceritakan oleh al ‘Alamah Ibnul Qayyim rahimahullah tentang seorang lelaki yang diketahui sangat cinta dengan nyanyian dan suka menirunya, maka ketika menyongsong kematian, dikatakan kepadanya, “Ucapkanlah persaksian bahwa tiada ilah yang berhak disembah, melainkan Allah (la ilaha illallah)”, maka dia mengigau dengan nyanyian dan berkata, “Tatana tana tana…”, ( jenis nyanyian pada saat itu -pent) sampai selesai, dan belum sempat mengucapkan kalimat tauhid.

Ibnul Qayyim juga berkata, “Telah mengkhabarkan kepadaku sebagian pedagang perihal salah seorang kera-batnya. Ketika itu ia sedang menjemput kematian dan dia berada disampingnya, para pedagang menuntunnya untuk mengucapkan persaksian bahwa tiada ilah yang berhak di sembah melainkan Allah, namun dia berkata, “Yang ini murah harganya, dan ini adalah barang yang bagus, ini demikian”, sampai dia meninggal dan belum sempat mengu-capkan kalimat tauhid .
Dan akan senantiasa tampak di kalangan ummat manusia di setiap za-man dan tempat tentang perkara akhir hidup yang jelek ini bagi orang yang terang-terangan melakukan kemaksia-tan dan kejahatan. Kami memohon ke-pada Allah agar memberikan ampunan dan keselamatan dari perkara ini .

Ibnul Qayyim Rahimahullaah dalam hal ini memberikan catatan penting, beliau memberikan komentar terhadap beberapa kisah atau cerita di atas dengan perkataannya, “Maha Suci Allah Subhannahu wa Ta'ala , berapa banyak di antara manusia yang melihat perkara ini dan dapat menjadikannya sebagai pelajaran? Dan kejadian lebih dahsyat yang tidak mereka ketahui dari keadaan orang-orang yang sedang menghadapi kematian sangatlah banyak dan banyak sekali.”

Ketika seorang hamba sedang dalam kondisi hadir pikirannya, kuat dan sempurna pe-ngetahuannya, maka sungguh syaithan masih dapat mempengaruhi, dan mempermainkannya sesuai dengan apa yang dia kehendaki dari perbuatan ma’shiyat. Sehingga Allah melalaikan hati orang tersebut dari mengingat kepada Nya, menjadikan lisannya enggan untuk menyebut nama-Nya, dan anggota badannya tidak mau melakukan keta’atan. Maka bagaimana lagi kiranya pada saat seorang hamba kekuatannya hilang, sementara hati serta jiwanya sibuk dengan apa yang menunjukkan akhir hidup yang jelek? Dan di lain pihak, syaithan telah mengumpulkan kekuatan dan daya upayanya, serta berusaha membinasa-kannya, dengan segala cara guna mengambil kesempatan, karena ketika sakarat adalah merupakan akhir per-buatan seseorang.

Maka pada waktu menjelang ajal itulah sangat kuatnya keadaan syaithan dan selemah-lemahnya keadaan manusia, lalu siapakah yang bisa selamat jika anda memperhatikan kondisi seperti ini?”
Allah Ta’ala berfirman:
Artinya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat yang Dia kehendaki.” (Q.S. Ibrahim : 27)

Maka bagaimana mungkin seseorang bisa mendapatkan akhir hidup yang baik, sedangkan Allah telah melalaikan hatinya dari mengingat kepada Nya, lalu dia mengikuti hawa nafsunya, dan apa yang dia lakukan telah melampaui batas? Bagi orang yang hatinya jauh dari Allah Ta’ala, melalaikan-Nya, menuhankan hawa nafsunya, berjalan demi syahwatnya, dan lisannya kering dari mengingat kepada-Nya, serta anggota tubuhnya telah berhenti dari ketaatan kepada-Nya, dan sibuk dengan kema’siatan, sangatlah jauh baginya- untuk mendapatkan akhir hidup yang baik.

Kategori Su’ul Khatimah

Akhir hidup yang jelek (su’ul khatimah) digolongkan menjadi dua:

1. Seburuk-buruk keadaan, hal ini terjadi manakala hati dalam kondisi kalah(lemah) di saat kematian datang, dan ia telah dikuasai oleh dua kemung-kinan; Keraguan atau Pengingkaran, sehingga ruh dicabut dalam keadaan seperti itu. Telah terdapat hijab peng-halang antara dia dan Allah, dan ini menunjukkan kebinasaan dan kekalnya siksaan.

2. Keadaan yang lebih ringan, manakala hatinya ketika datang kema-tian condong dan cinta kepada perkara dunia dan syahwat yang terlarang. Perkara-perkara tersebut senantiasa tergambar di dalam hatinya, dan seseorang akan meninggal sesuai dengan perjalanan hidupnya. Jika dia termasuk orang yang sibuk dengan masalah riba, maka di akhir hidupnya akan disibuk-kan dengannya, dan jika dia termasuk orang yang gemar mengerjakan perkara yang haram (terlarang) semisal obat-obat yang memabukkan, nyanyian, rokok, melihat gambar-gambar yang terlarang dan berbuat aniaya terhadap manusia dan yang sejenisnya maka di akhir kematiannya terkadang demikian juga. Dan yang demikian apabila pada diri seseorang ada pijakan tauhid (ke-imanan), maka dia akan terbebas dari siksa dan hukuman. Semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala menjauhkan dari sifat-sifat seperti ini.

Sebab-Sebab Su’ul Khatimah

Di antara sebab-sebab su’ul khatimah adalah sebagai berikut :

1. Rusaknya Aqidah (Keyakinan).
2. Adanya ketergantungan kepada dunia, dan terjerumus kepada jalan-jalan yang terlarang.
3. Menyeleweng dari jalan yang lurus dan menolak terhadap kebenaran serta petunjuk.
4. Selalu berbuat maksiat dan gemar melakukannya.

Sesungguhnya jika seseorang gemar terhadap sesuatu sepanjang hidupnya, menyintainya, dan punya ketergantungan kepadanya; maka akan terbayang olehnya ketika akan meninggal, dan kondisi tersebut pada kebanyak-an kejadian menggambarkan keadaan kematiannya.

Berkata al-Hafidz Ibnu Katsir, “Se-sungguhnya perbuatan dosa, maksiat dan kecondongan kepada hawa nafsu, pengaruhnya akan mendominasi pelakunya ketika menjelang kematian dan syaithan akan menguatkannya, maka akan kumpul padanya dua kekalahan dengan lemahnya keimanan, sehingga dia akan terjatuh dalam akhir hidup yang tidak baik, Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
Artinya, “ Dan adalah syaithan itu tidak mau menolong manusia“ (QS. 25 :29 )

Dan akhir hidup yang buruk semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala menjauhkannya dari kita tidak akan menimpa kepada orang yang shalih secara lahir dan batin, yang jujur perkataan dan perbuatannya, dan tidak pernah terdengar cerita yang demikian.

Akan tetapi akhir hidup yang tidak baik akan menimpa seseorang yang telah rusak batinnya yaitu keyakinannya, dan lahirnya yakni perbuatannya serta bagi seseorang yang berani melakukan perbuatan dosa-dosa besar, dan suka melakukan perbuatan jahat, maka per-kara ini akan selalu menguasainya sampai nyawa menjemput sebelum melakukan taubat.

Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah bagi orang yang berakal untuk berhati-hati atas keterikatan dan ketergantungan kepada sesuatu yang terlarang. Selayaknya hati, lisan dan anggota tubuhnya selalu mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala , dan menjaga diri supaya selalu dalam keta’atan kepada-Nya dalam kondisi apa pun, demi menjaga diri dari perkara ini yang jika ia hilang, luput dan terkalahkan dengan perkara-perkara yang terlarang, maka seseorang akan celaka selama-lamanya.

“Ya Allah jadikanlah sebaik-baik perbuatan kami pada akhir hidup kami, dan sebaik-baik kehidupan kami seba-gai akhir hayat kami, dan sebaik-baik hari kami, hari di mana kami akan bertemu dengan Mu. Ya Allah, tunjukilah kami semua kepada perbuatan yang baik dan jauhkanlah diri kami dari perbuatan yang mungkar dan terlarang."

Dan semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala mencurahkan shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam , keluarganya, dan para shahabatnya.

Diterjemahkan oleh ‘Ammu Khansa ‘Arba’in, dari kutaib “Husnul Khatimah wa Su’uha”, Khalid bin ‘Abdul Rahman asy-Syayi’ hal: 11-16

KARAKTERISTIK AKHLAK SEORANG MUSLIM

KHOSOISU AKHLAQUL MUSLIM

Karakteristik akhlak seorang Muslim

1. Saliimul Aqidah ( Aqidah yang lurus /benar )

2. Sohiihul ‘Ibadah ( Ibadah yang benar )

3. Naafi’un li ghoirihi ( Berguna bagi orang lainnya )

4. Matiinul Khuluq (Akhlak yang sempurna )

5. Qadirul alal Kasbi ( Kemampuan berpenghasilan )

6. Mutsaqqoful Fikri (Intelek dalam pemikiran )

7. Qowiyyul Jismi ( Jasmani yang kuat )

8. Mujaahidu li nafsihi (Bersungguh-sungguh thd diri sendiri )

9. Munazhomu fii syu’nihi ( teratur dalam semua urusannya )

10. Haritsun ‘ala waqtihi ( Efisien menjaga waktu )


I. Saliimul Aqidah ( Aqidah yang lurus /benar )

1. Tidak meru’yah (mengambil hukum) selain al-Qur’an yang ma’tsur as- Sunnah

2. Tidak berhubungan dengan jin

3. Tidak meramal nasib dengan telapak tangan

4. Tidak menghadiri majelis dukun dan peramal

5. Tidak mengusap-usap kuburan, untuk tujuan meminta berkah

6. Tidak minta tolong kepada orang yang berlindung kepada jin

7. Tidak tasya’um (merasa sial karena sesuatu)

8. Tidak bersumpah dengan selain Allah

9. Ikhlas amal untuk Allah semata

10. Mengimani rukun iman

11. Mengimani ni’mat dan siksa kubur

12. Menjadikan syetan sebagai musuh

13. Tidak mengikut langkah-langkah syetan

14. Menerima dan tunduk pada hukum Allah

15. Mensyukuri Ni’mat Allah saat mendapatkan nikmat

16. Tidak meminta tolong kepada orang yang telah dikubur

II. Sohiihul ‘Ibadah ( Ibadah yang benar )

1. Ihsan dalam thoharoh

2. Bersemangat untuk sholat berjamaah di masjid

3. Ihsan dalam sholat

4. Berpuasa fardhu

5. Berpuasa sunnah, minimal 7 hari sebulan

6. Qiyamul Lail minimal 1 hari sepekan

7. Membayar zakat (09:103)

8. Komitmen dengan adab tilawah

9. Khusyu dalam membaca Al-Qur’an

10. Hafal 1 juz Al-Qur’an (30)

11. Komitmen dengan wirid tilawah harian ( Al-ma’tsurat )

12. Berdo’a pada waktu - waktu utama

13. Menutup harinya dengan taubat dan istighfar

14. Merutinkan dzikir pagi hari

15. Menyebarluaskan salam

16. Beri’tikaf pada bulan Ramadhan ( 10 hari terakhir )

17. Mempergunakan syiwak

18. Senatiasa menjaga kondisi thoharoh

19. Niat melaksanakan haji

20. Menjauhi dosa besar

21. Merutinkan dzikir sore

22. Dzikir pada Allah pada tiap keadaan

23. Memenuhi nadzar

24. Menahan anggota tubuh dari segala yang haram

25. Bersemangat untuk berjamaah di masjid

26. Tidak sungkan adzan

27. Berniat pada setiap melakukan perbuatan

III. Naafi’un li ghoirihi ( Berguna bagi orang lainnya )

1. Melaksanakan hak kedua orang tua

2. Ikut berpartisipasi dalam kegembiraan

3. Membantu yang membutuhkan

4. Memberi petunjuk orang yang tersesat

5. Menikah dengan pasangan yang sesuai/Sekufu

IV. Matiinul Khuluq (Akhlak yang sempurna )

1. Tidak takabur

2. Tidak Ima’ah ( asal ikut )

3. Tidak dusta

4. Tidak mencaci maki

5. Tidak mengadu domba

6. Tidak ghibah

7. Tidak memotong omongan orang lain

8. Tidak mencibir dengan alasan apapun

9. Tidak menghina dan meremehkan orang lain

10. Tidak menjadikan orang buruk sebagai teman / sahabat

11. Menyayangi yang kecil

12. Henghormati yang besar

13. Memenuhi janji

14. Birrul walidain

15. Menundukkan pandangan

16. Menyimpan rahasia

17. Menutupi dosa orang lain

18. Memiliki ghirah (rasa cemburu ) pada agamanya

19. Memiliki ghirah (rasa cemburu) pada keluarganya

V. Qadirul alal Kasbi ( Kemampuan berpenghasilan )

1. Menjauhi sumber penghasilan haram dan menjauhi riba

2. Menjauhi riba

3. Menjauhi judi dengan segala macamnya

4. Menjauhi tindak penipuan

5. Membayar zakat

6. Menabung meskipun sedikit

7. Tidak menunda waktu melaksanakn hak orang lain/ janji

8. Menjaga fasilitas umum

9. Menjaga fasilitas khusus

VI. Mutsaqqoful Fikri (Intelek dalam pemikiran )

1. Baik dalam membaca dan menulis

2. Membaca 1 juz tafsir Al-Qur’an juz 30

3. Memperhatikan hukum-hukum tilawah

4. Menghafalkan separuh hadits Arba’in

5. Menghafalkan 20 hadits pilihan dari Riyadhus Sholihin

6. Mengkaji marhalah Makiyah dan menguasai karakteristiknya (Manhaj Haraki : Syaikh Munir Al-Ghodban)

7. Mengenal 10 sahabat yang dijamin masuk surga

8. Mengetahui hukum thoharoh ( Fiqh Sunnah : Sayyid Sabiq )

9. Mengetahui hukum sholat

10. Mengetahui hukum puasa

11. Membaca sesuatu yang di luar spesialisasinya, 4 jam setiap pekan

12. Memperluas wawasan diri dengan sarana-sarana baru

13. Menyadari adanya perang Zionisme dengan Islam

14. Mengetahui Ghozwul Fikri

15. Mengetahui organisasi-organisasi terselubung

16. Mengetahui bahaya pembatasan kelahiran

17. Menjadi pendengar yang baik

18. Berpartisipasi dalam kerja-kerja jama’I

19. Tidak menerima suara-suara miring tentang Islam

20. Mengemukakan pendapat

VII. Qowiyyul Jismi ( Jasmani yang kuat )

1. Bersih badan

2. Bersih pakain

3. Bersih tempat tinggal

4. Komitmen dengan adab makan dan minum sesuai dengan sunnah

5. Komitmen dengan olahraga minimal 2 jam/ pekan

6. Bangun sebelum fajar

7. Memperhatikan tata cara membaca yang sehat

8. Tidak merokok

9. Menghindari tempat kotor…..

10. Menghindari tempat-tempat bencana jika masih di luar area

VIII. Mujaahidu li nafsihi (Bersungguh-sungguh thd diri sendiri )

1. Menjauhi segala yang haram

2. Menjauhi tempat-tempat bermain yang haram

3. Menjauhi tempat-tempat maksiat

IX. Munazhomu fii syu’nihi ( teratur dalam semua urusannya )

1. Memperhatikan penampilan (performance)

2. Tidak menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga yang menentang dengan Islam

X. Haritsun ‘ala waqtihi ( Efisien menjaga waktu )

1. Bangun pagi

2. Menghabiskan waktu untuk belajar